Senin, 22 Juni 2015

Cerita Fiksi : Sampai Menutup Mata

Sampai Menutup Mata


            Bel tanda pulang sekolah telah terdengar. Semua murid SMAN Sligo telah berhamburan keluar kelas. Sebagian dari mereka telah pulang sekolah. Ada yang dijemput orang tuanya, ada yang naik mobil, ada yang naik motor, dan lain sebagainya. Sebagian ada yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Dan sebagian lagi ada yang mengerjakan tugas secara berkelompok maupun individu. Seperti Georgina yang tengah mengerjakan tugas yang menyebalkan dari guru Biologinya, Mrs Marie.

“Gila… susah banget sosal ini. Mana aku bisa mengerjakan?”, ucap Georgina dengan kesalnya.
“Georgina!”, ucap seseorang di luar sana.
            Georgina terkaget mendengar suara itu. Suara yang memanggil dirinya. Ia semakin penasaran dengan suara itu. Ia berjalan perlahan menuju ke arah pintu. Sesampainya di depan pintu..
(Byuurrrr) Seseorang telah mengguyurnya dengan air.
“Happy Birthday Georgina!”, terdengar teriakan serempak sejumlah orang.
            Georgina membuka matanya lebar-lebar dan melihat ke sekelilingnya. Ia mendapati 5 orang sahabatnya. Mark, Shane, Kian, Nicky, dan Gillian. Mark adalah sahabatnya yang suka tidur. Shane adalah sahabatnya yang paling pintar masak, karena ia mempunyai sebuah restoran keluarga di pusat kota Sligo. Kian adalah sahabatnya yang paling jago main gitar dan piano. Nicky adalah sahabatnya yang paling banyak akal. Dan Gillian adalah sahabatnya yang paling centil. Mereka semua memberi kejutan ulang tahun kepada Georgina. Hari ini adalah ulang tahun Georgina ke 17.
“Kalian… tega-teganya kalian menyiramku”, ucap Georgina.
            Semuanya terdiam, Georgina yang cerewet ini terus menggerutu karena baju seragam sekolahnya basah. Hingga Gillian pergi meninggalkan Georgina dan empat lainnya.
“Gillian…. Kamu mau kemana?”, teriak Georgina yang melihat Gillian pergi meninggalkannya.
            Georgina masuk ke dalam kelas. Ia membereskan peralatan sekolahnya ke dalam tas. Tak lama setelah Georgina masuk ke dalam kelas. Gillian masuk dengan membawa sebuah kue tart berhiaskan tulisan ‘Happy Sweet Seventeenth Georgina’. Di belakangnya keempat sahabatnya menyanyikan lagu ‘Happy Birthday’ seraya tepuk tangan. Georgina sangat terkejut melihat ke arah sahabatnya. Mereka membentuk sebuah lingkaran untuk mengelilingi Georgina. Gillian menyodorkan kue tart yang dibawanya-nya. Lalu Georgina meniup lilin-lilin kecil yang tersusun rapi di atas kue tart seraya teman-temannya menyanyikan lagu ‘Tiup Lilin’.
“Terimakasih semua. Aku tak menyangka kalian berbuat seperti ini terhadapku. Kalian ingat hari ulang tahunku. Ini adalah momen yang tak terlupakan bagiku”, ucap Georgina.
“Kamu kan sahabat kita.. mana mungkin kita melupakan hari yang bersejarah dalam kehidupan salah satu sahabat kita”, ucap Mark.
            Seperti budaya remaja yang sedang berulang tahun, kue tart yang dibeli mahal-mahal dibuat main. Mark mencolek pipi Gillian dengan krim tart. Mereka saling berbalas-balasan mengoleskan krim ke wajah ke masing-masing lawannya. Tak lama, mereka membersihkan wajah mereka dan segera pulang ke rumah masing-masing.
            Selepas pulang sekolah, seperti biasanya mereka berkumpul di sebuah tempat favorit mereka. Mereka bercengkarama disana. Hingga pada akhirnya mereka memutuskan untuk bermain petak umpet. Shane mendapat giliran menjaga. Keempat lainnya berpencar menuju ke tempat persembunyiannya masing-masing. Nicky berlari ke arah jalan raya, ia terlalu terburu-buru menyebrang jalan raya sehingga ia tidak melihat keadaan sekitar. Sebuah mobil dengan berkecepatan tinggi mendekat ke arah Nicky.
“Nicky awaaaaaaasss!!!”, teriak Mark, Kian, dan Georgina serempak.
Gillian dengan cepat memejamkankan matanya. Ia tak ingin melihat kejadian buruk itu.
            Belum sempat Nicky menoleh ke arah mereka. Sebuah mobil dengan berkecepatan tinggi itu menghantam tubuh Nicky. Nicky terseret hingga terseret 100 meter dari tempat kejadian. Sopir mobil itu tak menghiraukan kejadian tersebut. Ia kabur dengan tidak ada pertanggung jawaban. Mark, Kian, dan Georgina terkaget melihat kejadian tersebut. Mereka segera berlari ke arah Nicky yang berbaring tak berdaya dengan berlumuran darah dihampir seluruh tubuhnya. Mark segera menelpon polisi. Kian segera menelpon ambulance. Dan Georgina berteriak minta tolong seraya menangis. Hingga beberapa warga sekitar keluar rumah karena mendengar jeritan tangis Georgina.
            Gillian masih berdiri di pinggir jalan dan ia masih memenjamkan matanya. Shane menghampiri dirinya.
“Kamu kena!”, Shane mengagetkan Gillian.
“Kejadian itu tak mungkin terjadi kan?”, tanya Gillian.
“Kejadian apa?”, sepertinya Shane belum mengetahui kejadian yang menimpa Nicky.
Gillian membuka matanya lebar-lebar. Ia melihat sekelilingnya.
“Mana Kian, Mark, Nicky, dan Georgina?”, tanyanya kepada Shane.
Suara sirine mobil ambulance mulai terdengar. Semakin lama suara itu semakin mendekat. Mobil ambulance melintas di hadapan Shane dan Gillian. Dan berhenti di kerumunan banyak orang. Disambung dengan mobil polisi yang berhenti di belakang ambulance. Gillian terkaget melihatnya.
“Kejadian itu tak mungkin terjadi…”, Gillian berlari ke arah kerumunan banyak orang. Air matanya mulai berjatuhan menghujani pipinya yang sayu merah.
“Gillian, sebenarnya ada apa?”, Shane ikut berlari mengejar Gillian.
            Langkah kaki Gillian berhenti di kerumunan banyak orang, membuat Shane semakin penasaran. Shane menerobos ke kerumunan depan. Ia mendapati teman-temannya yang menangis. Dan melihat seseorang yang tengah dievakuasi oleh petugas ambulance. Seseorang yang tak asing baginya telah berlumuran darah.
“Nicky?”, ucap Shane terkaget.
            Nicky dimasukkan ke dalam ambulance. Mark, Kian, dan Georgina ikut bersama Nicky di ambulance. Mereka segera pergi ke Sligo General Hospital. Sementara itu, Gillian yang terlihat  trauma ikut bersama Shane. Shane membawanya pulang, agar Gillian tidak semakin trauma.
            Mobil ambulance yang membawa Nicky bergerak dengan sangat cepat. Beberapa menit kemudian, sampailah mereka di depan pintu UGD Sligo General Hospital. Para perawat membantu petugas ambulance memindahkan tubuh Nicky. Nicky segera dilarikan ke ruang UGD. Salah seorang perawat menahan mereka agar tidak masuk ke ruang UGD.
            Satu jam kemudian, Shane datang menghampiri mereka. Georgina langsung memeluk Shane dan menangis di pelukan Shane.
“Mana Gillian?”, tanya Kian.
“Gillian sudah aku antarkan pulang. Sepertinya dia trauma melihat kejadian tadi”, ucap Shane yang tengah di pelukan Georgina.
“Keluarga Nicky telah datang, mereka ada di lobby. Ny. Yvonne tadi sempat pingsan mendengar kejadian yang kita ceritakan”, ucap Mark.
            Belum sempat Shane menjawab perkataan Mark, dokter telah keluar dari ruang UGD. Georgina melepas pelukannya terhadap Shane. Mereka dan keluarga Nicky mengerumuni dokter yang telah mengobati Nicky.
“Bagaimana keadaan anak saya dok?”, ucap Mrs. Yvonne.
“Anak ibu….”, dokter menghentikan perkataannya.
“Anak saya kenapa?”, Mrs. Yvonne menarik-narik jas dokter.
“Anak ibu membutuhkan donor paru-paru segera. Kalau tidak, anak ibu tidak bisa diselamatkan. Paru-paru anak ibu telah rusak akibat hantaman keras dari kecelakaan tersebut”, ucap dokter.
            Dokter pergi meninggalkan mereka. Mrs. Yvonne menangis histeris. Bahkan ia pingsan lagi. Georgina duduk termenung di bangku tunggu. Mata Kian, Mark, dan Shane telah berkaca-kaca setelah mendengar penjelasan dokter tersebut. Tak lama, Georgina pergi meninggalkan ketiga sahabatnya.
“Kemana Georgina?”, tanya Mark.
            Kian, Mark, dan Shane memutuskan untuk mencari Georgina. Mereka berpencar menemukan Georgina. Sudah lama mereka mencari Georgina, akan tetapi hasilnya nihil. Mereka bertemu di lobby rumah sakit. Alangkah terkejutnya mereka mendapati diri Georgina yang memakai pakaian operasi, memakai topi operasi, dia terbaring di ranjang tindakan, dan ia di dorong oleh 2 orang perawat  yang membawanya menuju ruang operasi. Dari belakang, terlihat dokter yang ikut bersama rombongan Georgina.
Dokter menuju ke arah ruang UGD. Tak lama kemudian, rombongan keluarga Nicky beserta Nicky mendekati ruang operasi. Nicky dimasukkan oleh perawat-perawat ke ruang operasi. Sementara keluarganya menunggu di luar.
“Georgina ngapain di dalam?”, Mark panik.
“Jangan-jangan….”, ucap Shane.
            Tiga jam kemudian, dokter bersama perawat-perawat dengan membawa Nicky dan Georgina keluar dari ruangan operasi. Kian, Shane, dan Mark ikut bersama rombongan Georgina ke kamar perawatan Georgina.
“Dokter…”, panggil Kian. Dokter mendekati Kian.
“Sebenarnya ada apa ini? Mengapa Georgina jadi begini?”, tanya Kian.
“Sahabatmu ini memang luar biasa, ia telah merelakan separuh paru-parunya untuk sahabatmu yang lain. Sahabatmu ini mendesak saya untuk segera mecangkok paru-parunya untuk sahabatmu yang lain. Saya tidak ada pilihan lain, kalau tidak segera dioperasi, sahabatmu yang lain itu tidak akan selamat. Selama ini tidak ada penolakanyang dilakukan tubuh sahabatmu yang lain itu. Sudah ya, saya harus mengecek sahabatmu yang satunya lagi”, Dokter menjelaskan kepada mereka.
“Georgina…”, ucap lirih Shane.
            Mark segera menelpon keluarga Georgina. Tak lama kemudian, keluarga Georgina datang. Shane, Kian, dan Mark menjelaskan kronologi kejadian yang terjadi. Karena sudah larut malam, Kian, Shane, dan Mark memutuskan untuk pulang.
            Esok paginya, mereka kembali ke rumah sakit. Menjenguk keadaan Georgina yang lemah. Perlahan Georgina mulai ada perkembangan, Georgina mulai bisa membuka matanya.
“Georgina, Georgina.. Kamu kok rela megikhlaskan separuh paru-parumu?”, tanya Kian.
“A… a.. aku ingin melihat Nicky kembali pulih. Bersama kita kembali”, ucap Georgina.
“Kita juga ingin melihat dia pulih, tapi tidak begini caranya”, ucap Shane.
“Lalu dengan cara apa? Kalian tega melihat Nicky sakit parah seperti itu?”, ucap Georgina.
“Enggak tega juga sih”, ucap Shane.
“Jujur aku sangat menyayanginya. Dia laki-laki yang akhir-akhir  ini mengisi kekosongan hatiku. Mungkin banyak cerita mainstream sahabat jadi cinta, tapi itu nyata. Aku telah menjadi bagian dari cerita itu. Aku ingin melihat dia bahagia, aku ingin melihat senyuman termanis darinya, dan aku ingin melewati hari-hari bersamanya lagi. Tapi itu akan mustahil”, Georgina menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Di dunia ini tidak ada yang mustahil. Maksud kamu apa?”, tanya Mark yang memegang erat telapak tangan Georgina yang sangat dingin.
“Aku ingin kalian berjanji kepadaku”, ucap Georgina.
“Janji? Janji apa?”, tanya Mark.
“Aku mau kalian berjanji kepadaku, kalian akan menjaga Nicky. Kalian akan terus bersama-sama, kalian harus tetap kompak, dan satu lagi.. Kalian tidak boleh menangis jika terjadi sesuatu denganku”, Georgina tersenyum dengan indahnya.
“Kami berjanji. Hahaha”, ucap ketiga cowok itu serempak.
            Kian, Shane, dan Mark memutuskan untuk pergi ke kantin rumah sakit. Mereka tertawa bersama saat mereka makan. Selepas makan, mereka kembali ke kamar Georgina. Mereka dikejutkan oleh pemandangan yang ia dapati. Keluarga Georgina mengelilingi ranjang Georgina, akan tetapi.. dimana Georgina berada? Yang ada hanyalah sesosok tubuh yang diselimuti kain putih.
“Dimana Georgina?”, Mark bertanya kepada adik Georgina yang bernama Cecelia.
“Kak G… Kak Gina sudah tidak ada di dunia ini. Ini kak Gina”, Cecelia memeluk Mark. Ia menangis dalam pelukan Mark.
            Kian, Shane, dan Mark terkaget mendengar ucapan Cecelia. Yap, Georgina telah menghembuskan nafas terakhirnya saat mereka pergi makan di kantin. Dengan perlahan, Shane membuka kain putih yang menyelimuti tubuh Georgina. Sepasang mata hijau milik Shane tidak dapat menahan air mata. Dia terlihat sangat terpukul. Kian pun tidak kalah kagetnya melihat tubuh yang ada di ranjang itu. Mereka menangisi tubuh Georgina yang sudah tidak bernyawa. Menangisi kepergian Georgina yang tersenyum, ke alam sana. Mereka telah melanggar salah satu janji yang diucapkan Georgina sebelum Georgina pergi yaitu, ‘Kalian tidak boleh menangis jika terjadi sesuatu denganku’.
            Pada siang hari, upacara kematian dimulai. Dimulai dari upacara pelepasan di gereja katholik tempat biasanya Georgina dan keluarganya sembahyang, di sana Kian, Shane, dan Mark menyanyikan sebuah lagu renungan tentang perpisahan. Terakhir, ada upacara pemakaman di makam keluarga besar Ahern dekat pusat kota. Untuk terakhir kalinya mereka melihat Georgina di dunia. Mereka tidak akan bisa menemui Georgina lagi. Suasana menjadi haru saat di pemakaman, Kian menceritakan kisah Georgina se-masa hidupnya di dunia. Bahkan ibu Georgina, Mrs. Mirriam menangis menjerit.
            Selepas upacara pemakaman, Shane, Kian, dan Mark bergerak menuju rumah sakit. Mereka menjenguk Nicky yang terbaring lemah tak berdaya di salah satu ranjang ICCU Sligo General Hospital.
2 bulan kemudian…
            Nicky membuka matanya untuk pertama kalinya setelah kecelakaan tersebut. Saat Nicky bertanya kepada Kian, Shane, dan Mark tentang Georgina, mereka hanya terdiam. Akan tetapi mereka tidak bisa berbohong kepada sahabatnya sendiri.
“Georgina sudah tidak bersama kita lagi, dia sudah pergi ke surga”, ucap Mark kepada Nicky.
“Maksud kalian? Georgina telah…”, mata Nicky mulai berkaca-kaca.
“Ya.. Georgina telah meninggalkan kita semua 2 bulan yang lalu. Tapi dia tidak akan pernah pergi dalam diri kamu”, Shane menjelaskan.
“Tidak akan pernah pergi dalam diriku? Apa yang sebenarnya terjadi?”, tanya Nicky.
“Di dalam tubuh kamu, terdapat separu paru-paru Georgina. Georgina telah memberikan paru-parunya kepada kamu. Georgina masih akan tetap bersamamu Nicky. Tidak bersama kami”, ucap Kian.
Air mata Nicky tidak bisa terbendung lagi, ia menjatuhkan air matanya. Menangisi kepergian Georgina dari dalam hidupnya.
“Aku belum sempat mengucapkan sesuatu untuknya. Aku sangat menyayanginya”, ucap Nicky.
“Georgina juga menyayangimu Nick. Dia lebih sayang kepadamu ketimbang kami bertiga”, ucap Mark.
“Jadi… selama ini?”, Nicky semakin menangis.
            Sebulan telah berlalu, Nicky diperbolehkan oleh dokter untuk pulang ke rumah. Sebelum pulang, Nicky menyempatkan menjenguk Georgina di pemakaman. Nicky menangis sejadi-jadinya di sana. Para sahabatnya, tak henti-hentinya mengingatkan Nicky untuk mengikhlaskan kepergian Georgina.

            Georgina telah bersahabat dengan Kian, Shane, Nicky, Mark, dan Gillian semenjak mereka kanak-kanak. Segala kejadian, telah mereka lewati bersama-sama. Hingga pada akhirnya, salah satu dari mereka harus pergi selama-lamanya. Seberkas kenangan itu akan terus tersimpan dalam ingatan mereka dan persahabatan yang terjalin itu akan tetap ada sampai mereka menutup mata mereka terakhir kalinya.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda