Cerita Fiksi : Sampai Menutup Mata
Sampai Menutup
Mata
Bel tanda pulang sekolah
telah terdengar. Semua murid SMAN Sligo telah berhamburan keluar kelas.
Sebagian dari mereka telah pulang sekolah. Ada yang dijemput orang tuanya, ada
yang naik mobil, ada yang naik motor, dan lain sebagainya. Sebagian ada yang
mengikuti kegiatan ekstrakulikuler. Dan sebagian lagi ada yang mengerjakan
tugas secara berkelompok maupun individu. Seperti Georgina yang tengah
mengerjakan tugas yang menyebalkan dari guru Biologinya, Mrs Marie.
“Gila… susah banget sosal ini. Mana aku bisa mengerjakan?”, ucap
Georgina dengan kesalnya.
“Georgina!”, ucap seseorang di luar sana.
Georgina terkaget
mendengar suara itu. Suara yang memanggil dirinya. Ia semakin penasaran dengan
suara itu. Ia berjalan perlahan menuju ke arah pintu. Sesampainya di depan
pintu..
(Byuurrrr) Seseorang telah mengguyurnya dengan air.
“Happy Birthday Georgina!”, terdengar teriakan serempak sejumlah orang.
Georgina membuka
matanya lebar-lebar dan melihat ke sekelilingnya. Ia mendapati 5 orang
sahabatnya. Mark, Shane, Kian, Nicky, dan Gillian. Mark adalah sahabatnya yang
suka tidur. Shane adalah sahabatnya yang paling pintar masak, karena ia
mempunyai sebuah restoran keluarga di pusat kota Sligo. Kian adalah sahabatnya
yang paling jago main gitar dan piano. Nicky adalah sahabatnya yang paling
banyak akal. Dan Gillian adalah sahabatnya yang paling centil. Mereka semua
memberi kejutan ulang tahun kepada Georgina. Hari ini adalah ulang tahun
Georgina ke 17.
“Kalian… tega-teganya kalian menyiramku”, ucap Georgina.
Semuanya terdiam,
Georgina yang cerewet ini terus menggerutu karena baju seragam sekolahnya
basah. Hingga Gillian pergi meninggalkan Georgina dan empat lainnya.
“Gillian…. Kamu mau kemana?”, teriak Georgina yang melihat Gillian pergi
meninggalkannya.
Georgina masuk ke dalam
kelas. Ia membereskan peralatan sekolahnya ke dalam tas. Tak lama setelah
Georgina masuk ke dalam kelas. Gillian masuk dengan membawa sebuah kue tart
berhiaskan tulisan ‘Happy Sweet Seventeenth Georgina’. Di belakangnya keempat
sahabatnya menyanyikan lagu ‘Happy Birthday’ seraya tepuk tangan. Georgina
sangat terkejut melihat ke arah sahabatnya. Mereka membentuk sebuah lingkaran
untuk mengelilingi Georgina. Gillian menyodorkan kue tart yang dibawanya-nya. Lalu
Georgina meniup lilin-lilin kecil yang tersusun rapi di atas kue tart seraya
teman-temannya menyanyikan lagu ‘Tiup Lilin’.
“Terimakasih semua. Aku tak menyangka kalian berbuat seperti ini
terhadapku. Kalian ingat hari ulang tahunku. Ini adalah momen yang tak
terlupakan bagiku”, ucap Georgina.
“Kamu kan sahabat kita.. mana mungkin kita melupakan hari yang
bersejarah dalam kehidupan salah satu sahabat kita”, ucap Mark.
Seperti budaya remaja
yang sedang berulang tahun, kue tart yang dibeli mahal-mahal dibuat main. Mark
mencolek pipi Gillian dengan krim tart. Mereka saling berbalas-balasan
mengoleskan krim ke wajah ke masing-masing lawannya. Tak lama, mereka
membersihkan wajah mereka dan segera pulang ke rumah masing-masing.
Selepas pulang sekolah,
seperti biasanya mereka berkumpul di sebuah tempat favorit mereka. Mereka
bercengkarama disana. Hingga pada akhirnya mereka memutuskan untuk bermain
petak umpet. Shane mendapat giliran menjaga. Keempat lainnya berpencar menuju
ke tempat persembunyiannya masing-masing. Nicky berlari ke arah jalan raya, ia
terlalu terburu-buru menyebrang jalan raya sehingga ia tidak melihat keadaan
sekitar. Sebuah mobil dengan berkecepatan tinggi mendekat ke arah Nicky.
“Nicky awaaaaaaasss!!!”, teriak Mark, Kian, dan Georgina serempak.
Gillian dengan cepat memejamkankan matanya. Ia tak ingin melihat
kejadian buruk itu.
Belum sempat Nicky
menoleh ke arah mereka. Sebuah mobil dengan berkecepatan tinggi itu menghantam
tubuh Nicky. Nicky terseret hingga terseret 100 meter dari tempat kejadian. Sopir
mobil itu tak menghiraukan kejadian tersebut. Ia kabur dengan tidak ada
pertanggung jawaban. Mark, Kian, dan Georgina terkaget melihat kejadian
tersebut. Mereka segera berlari ke arah Nicky yang berbaring tak berdaya dengan
berlumuran darah dihampir seluruh tubuhnya. Mark segera menelpon polisi. Kian
segera menelpon ambulance. Dan Georgina berteriak minta tolong seraya menangis.
Hingga beberapa warga sekitar keluar rumah karena mendengar jeritan tangis
Georgina.
Gillian masih berdiri
di pinggir jalan dan ia masih memenjamkan matanya. Shane menghampiri dirinya.
“Kamu kena!”, Shane mengagetkan Gillian.
“Kejadian itu tak mungkin terjadi kan?”, tanya Gillian.
“Kejadian apa?”, sepertinya Shane belum mengetahui kejadian yang menimpa
Nicky.
Gillian membuka matanya lebar-lebar. Ia melihat sekelilingnya.
“Mana Kian, Mark, Nicky, dan Georgina?”, tanyanya kepada Shane.
Suara sirine mobil ambulance mulai
terdengar. Semakin lama suara itu semakin mendekat. Mobil ambulance melintas di
hadapan Shane dan Gillian. Dan berhenti di kerumunan banyak orang. Disambung
dengan mobil polisi yang berhenti di belakang ambulance. Gillian terkaget
melihatnya.
“Kejadian itu tak mungkin terjadi…”, Gillian berlari ke arah kerumunan
banyak orang. Air matanya mulai berjatuhan menghujani pipinya yang sayu merah.
“Gillian, sebenarnya ada apa?”, Shane ikut berlari mengejar Gillian.
Langkah kaki Gillian
berhenti di kerumunan banyak orang, membuat Shane semakin penasaran. Shane
menerobos ke kerumunan depan. Ia mendapati teman-temannya yang menangis. Dan
melihat seseorang yang tengah dievakuasi oleh petugas ambulance. Seseorang yang
tak asing baginya telah berlumuran darah.
“Nicky?”, ucap Shane terkaget.
Nicky dimasukkan ke
dalam ambulance. Mark, Kian, dan Georgina ikut bersama Nicky di ambulance.
Mereka segera pergi ke Sligo General Hospital. Sementara itu, Gillian yang
terlihat trauma ikut bersama Shane.
Shane membawanya pulang, agar Gillian tidak semakin trauma.
Mobil ambulance yang
membawa Nicky bergerak dengan sangat cepat. Beberapa menit kemudian, sampailah
mereka di depan pintu UGD Sligo General Hospital. Para perawat membantu petugas
ambulance memindahkan tubuh Nicky. Nicky segera dilarikan ke ruang UGD. Salah
seorang perawat menahan mereka agar tidak masuk ke ruang UGD.
Satu jam kemudian, Shane
datang menghampiri mereka. Georgina langsung memeluk Shane dan menangis di
pelukan Shane.
“Mana Gillian?”, tanya Kian.
“Gillian sudah aku antarkan pulang. Sepertinya dia trauma melihat
kejadian tadi”, ucap Shane yang tengah di pelukan Georgina.
“Keluarga Nicky telah datang, mereka ada di lobby. Ny. Yvonne tadi
sempat pingsan mendengar kejadian yang kita ceritakan”, ucap Mark.
Belum sempat Shane
menjawab perkataan Mark, dokter telah keluar dari ruang UGD. Georgina melepas
pelukannya terhadap Shane. Mereka dan keluarga Nicky mengerumuni dokter yang
telah mengobati Nicky.
“Bagaimana keadaan anak saya dok?”, ucap Mrs. Yvonne.
“Anak ibu….”, dokter menghentikan perkataannya.
“Anak saya kenapa?”, Mrs. Yvonne menarik-narik jas dokter.
“Anak ibu membutuhkan donor paru-paru segera. Kalau tidak, anak ibu
tidak bisa diselamatkan. Paru-paru anak ibu telah rusak akibat hantaman keras
dari kecelakaan tersebut”, ucap dokter.
Dokter pergi
meninggalkan mereka. Mrs. Yvonne menangis histeris. Bahkan ia pingsan lagi.
Georgina duduk termenung di bangku tunggu. Mata Kian, Mark, dan Shane telah
berkaca-kaca setelah mendengar penjelasan dokter tersebut. Tak lama, Georgina
pergi meninggalkan ketiga sahabatnya.
“Kemana Georgina?”, tanya Mark.
Kian, Mark, dan Shane
memutuskan untuk mencari Georgina. Mereka berpencar menemukan Georgina. Sudah
lama mereka mencari Georgina, akan tetapi hasilnya nihil. Mereka bertemu di
lobby rumah sakit. Alangkah terkejutnya mereka mendapati diri Georgina yang
memakai pakaian operasi, memakai topi operasi, dia terbaring di ranjang
tindakan, dan ia di dorong oleh 2 orang perawat yang membawanya menuju ruang operasi. Dari
belakang, terlihat dokter yang ikut bersama rombongan Georgina.
Dokter menuju ke arah ruang UGD. Tak lama
kemudian, rombongan keluarga Nicky beserta Nicky mendekati ruang operasi. Nicky
dimasukkan oleh perawat-perawat ke ruang operasi. Sementara keluarganya
menunggu di luar.
“Georgina ngapain di dalam?”, Mark panik.
“Jangan-jangan….”, ucap Shane.
Tiga jam kemudian,
dokter bersama perawat-perawat dengan membawa Nicky dan Georgina keluar dari
ruangan operasi. Kian, Shane, dan Mark ikut bersama rombongan Georgina ke kamar
perawatan Georgina.
“Dokter…”, panggil Kian. Dokter mendekati Kian.
“Sebenarnya ada apa ini? Mengapa Georgina jadi begini?”, tanya Kian.
“Sahabatmu ini memang luar biasa, ia telah merelakan separuh
paru-parunya untuk sahabatmu yang lain. Sahabatmu ini mendesak saya untuk segera
mecangkok paru-parunya untuk sahabatmu yang lain. Saya tidak ada pilihan lain,
kalau tidak segera dioperasi, sahabatmu yang lain itu tidak akan selamat.
Selama ini tidak ada penolakanyang dilakukan tubuh sahabatmu yang lain itu.
Sudah ya, saya harus mengecek sahabatmu yang satunya lagi”, Dokter menjelaskan
kepada mereka.
“Georgina…”, ucap lirih Shane.
Mark segera menelpon
keluarga Georgina. Tak lama kemudian, keluarga Georgina datang. Shane, Kian,
dan Mark menjelaskan kronologi kejadian yang terjadi. Karena sudah larut malam,
Kian, Shane, dan Mark memutuskan untuk pulang.
Esok paginya, mereka
kembali ke rumah sakit. Menjenguk keadaan Georgina yang lemah. Perlahan
Georgina mulai ada perkembangan, Georgina mulai bisa membuka matanya.
“Georgina, Georgina.. Kamu kok rela megikhlaskan separuh paru-parumu?”,
tanya Kian.
“A… a.. aku ingin melihat Nicky kembali pulih. Bersama kita kembali”,
ucap Georgina.
“Kita juga ingin melihat dia pulih, tapi tidak begini caranya”, ucap
Shane.
“Lalu dengan cara apa? Kalian tega melihat Nicky sakit parah seperti
itu?”, ucap Georgina.
“Enggak tega juga sih”, ucap Shane.
“Jujur aku sangat menyayanginya. Dia laki-laki yang akhir-akhir ini mengisi kekosongan hatiku. Mungkin banyak
cerita mainstream sahabat jadi cinta, tapi itu nyata. Aku telah menjadi bagian
dari cerita itu. Aku ingin melihat dia bahagia, aku ingin melihat senyuman
termanis darinya, dan aku ingin melewati hari-hari bersamanya lagi. Tapi itu
akan mustahil”, Georgina menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Di dunia ini tidak ada yang mustahil. Maksud kamu apa?”, tanya Mark
yang memegang erat telapak tangan Georgina yang sangat dingin.
“Aku ingin kalian berjanji kepadaku”, ucap Georgina.
“Janji? Janji apa?”, tanya Mark.
“Aku mau kalian berjanji kepadaku, kalian akan menjaga Nicky. Kalian
akan terus bersama-sama, kalian harus tetap kompak, dan satu lagi.. Kalian
tidak boleh menangis jika terjadi sesuatu denganku”, Georgina tersenyum dengan
indahnya.
“Kami berjanji. Hahaha”, ucap ketiga cowok itu serempak.
Kian, Shane, dan Mark
memutuskan untuk pergi ke kantin rumah sakit. Mereka tertawa bersama saat
mereka makan. Selepas makan, mereka kembali ke kamar Georgina. Mereka
dikejutkan oleh pemandangan yang ia dapati. Keluarga Georgina mengelilingi
ranjang Georgina, akan tetapi.. dimana Georgina berada? Yang ada hanyalah
sesosok tubuh yang diselimuti kain putih.
“Dimana Georgina?”, Mark bertanya kepada adik Georgina yang bernama
Cecelia.
“Kak G… Kak Gina sudah tidak ada di dunia ini. Ini kak Gina”, Cecelia
memeluk Mark. Ia menangis dalam pelukan Mark.
Kian, Shane, dan Mark
terkaget mendengar ucapan Cecelia. Yap, Georgina telah menghembuskan nafas
terakhirnya saat mereka pergi makan di kantin. Dengan perlahan, Shane membuka kain putih yang
menyelimuti tubuh Georgina. Sepasang mata hijau milik Shane tidak dapat menahan air mata. Dia terlihat
sangat terpukul. Kian pun tidak kalah kagetnya melihat tubuh yang ada di
ranjang itu. Mereka menangisi tubuh Georgina yang sudah tidak bernyawa. Menangisi
kepergian Georgina yang tersenyum, ke alam sana. Mereka telah melanggar salah
satu janji yang diucapkan Georgina sebelum Georgina pergi yaitu, ‘Kalian tidak
boleh menangis jika terjadi sesuatu denganku’.
Pada siang hari,
upacara kematian dimulai. Dimulai dari upacara pelepasan di gereja katholik
tempat biasanya Georgina dan keluarganya sembahyang, di sana Kian, Shane, dan
Mark menyanyikan sebuah lagu renungan tentang perpisahan. Terakhir, ada upacara
pemakaman di makam keluarga besar Ahern dekat pusat kota. Untuk terakhir
kalinya mereka melihat Georgina di dunia. Mereka tidak akan bisa menemui
Georgina lagi. Suasana menjadi haru saat di pemakaman, Kian menceritakan kisah
Georgina se-masa hidupnya di dunia. Bahkan ibu Georgina, Mrs. Mirriam menangis
menjerit.
Selepas upacara
pemakaman, Shane, Kian, dan Mark bergerak menuju rumah sakit. Mereka menjenguk
Nicky yang terbaring lemah tak berdaya di salah satu ranjang ICCU Sligo General
Hospital.
2 bulan kemudian…
Nicky membuka matanya
untuk pertama kalinya setelah kecelakaan tersebut. Saat Nicky bertanya kepada
Kian, Shane, dan Mark tentang Georgina, mereka hanya terdiam. Akan tetapi
mereka tidak bisa berbohong kepada sahabatnya sendiri.
“Georgina sudah tidak bersama kita lagi, dia sudah pergi ke surga”, ucap
Mark kepada Nicky.
“Maksud kalian? Georgina telah…”, mata Nicky mulai berkaca-kaca.
“Ya.. Georgina telah meninggalkan kita semua 2 bulan yang lalu. Tapi dia
tidak akan pernah pergi dalam diri kamu”, Shane menjelaskan.
“Tidak akan pernah pergi dalam diriku? Apa yang sebenarnya terjadi?”, tanya
Nicky.
“Di dalam tubuh kamu, terdapat separu paru-paru Georgina. Georgina telah
memberikan paru-parunya kepada kamu. Georgina masih akan tetap bersamamu Nicky.
Tidak bersama kami”, ucap Kian.
Air mata Nicky tidak bisa terbendung lagi,
ia menjatuhkan air matanya. Menangisi kepergian Georgina dari dalam hidupnya.
“Aku belum sempat mengucapkan sesuatu untuknya. Aku sangat
menyayanginya”, ucap Nicky.
“Georgina juga menyayangimu Nick. Dia lebih sayang kepadamu ketimbang
kami bertiga”, ucap Mark.
“Jadi… selama ini?”, Nicky semakin menangis.
Sebulan telah berlalu,
Nicky diperbolehkan oleh dokter untuk pulang ke rumah. Sebelum pulang, Nicky
menyempatkan menjenguk Georgina di pemakaman. Nicky menangis sejadi-jadinya di
sana. Para sahabatnya, tak henti-hentinya mengingatkan Nicky untuk
mengikhlaskan kepergian Georgina.
Georgina telah
bersahabat dengan Kian, Shane, Nicky, Mark, dan Gillian semenjak mereka
kanak-kanak. Segala kejadian, telah mereka lewati bersama-sama. Hingga pada
akhirnya, salah satu dari mereka harus pergi selama-lamanya. Seberkas kenangan
itu akan terus tersimpan dalam ingatan mereka dan persahabatan yang terjalin
itu akan tetap ada sampai mereka menutup mata mereka terakhir kalinya.
Label: Cerita Fiksi
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda