Minggu, 15 Juli 2018

Analisis Cerita Pak Lurah Kita


ANALISIS NASKAH DRAMA

PAK LURAH KITA


Oleh
ELYSSA RIDHANINGRUM
XII MIPA 4 / 16

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 8 YOGYAKARTA
2018


PAK LURAH KITA
Cecelia Krisni Budiasari
SMA Negeri Tirtonirmolo

A.   PERWATAKAN
Pelaku yang terlibat dalam naskah drama ini adalah sebagai berikut.
1.      Pak Pratomo
Watak        : licik, mudah terpengaruh, dan suka memaksakan kehendak
Bukti         :
-          Licik
Pak Pratomo     : “Begini Bu...kita sogok saja masyarakat kampung kita,    orang-orang zaman sekarang, kalau sudah diiming-imingi uang, matanya langsung ijo.
Bu Pratomo      : “Uang dari mana?
-          Mudah Terpengaruh
Bu Pratomo      : “... kalo bapak nggak setuju ya udah!” (Marah dan ngambek)
Pak Pratomo     : “Iya Bapak setuju...Ya udah besok pagi kita pergi ke rumah Mbah Sastro.”
dan
Mbah Sastro     : “Nah untuk malam ini, kau semedi di sini. Ini adalah tempat terakhir sebagai prasyarat pesugihanmu. Jika ini berhasil, maka kekayaanmu akan semakin bertambah. Ini kan yang kau inginkan?” (Kata Mbah Sastro sambil menunjukkan persemedian).
Pak Ramlan      : “Iya Mbah!” (Sambil duduk bersila).
-          Suka Memaksakan Kehendak
Petugas             : “Pak Ramlan mendapat suara 432, sedangkan Pak Pratomo 80 suara. Jadi lurah kita adalah Pak Ramlan.”
Pak Pratomo     : “Tidak mungkin, saya yang jadi lurah. Hei kalian yang telah diberi uang beratus ribu!!! Kalian pembohong, maunya hanya uang saja! Tapi mana buktinya!! Saya yang jadi lurah, bukan si Ramlan itu, saya yang jadi lurah... Saya yang jadi Lurah....” (Pak Pratomo berteriak-teriak sendiri seperti orang kesurupan).

2.      Bu Pratomo
Watak        : suka iri, licik, ambisius, mudah tersanjung, dan sombong
Bukti         :
-          Suka Iri
Pak Pratomo     : “Tenang Bu...”
Bu Pratomo      : “Tenang bagaimana? Sudah lama Ibu itu mengidam-idamkan menjadi bu lurah..., pasti ibu-ibu di desa sini akan memandang ibu, bahkan mereka akan iri pada kita Pak, memangnya hanya mereka saja yang bisa pamer! Ibu juga bisa...
-          Licik
Pak Pratomo     : “Kita bisa ambil sebagian dari tabungan kita, berkorban sedikitlah Bu...”
Bu Pratomo      : “... Gimana kalau kita meminta bantuan Mbah Sastro, dia kan dukun terkenal di desa sebelah Pak, kita minta kekayaan, lalu uangnya bisa kita gunakan untuk menyogok warga, bagaimana?
-          Ambisius
Bu Pratomo      : “Pak...ibu itu pengen kaya, juga pengen jadi orang terpandang, pengen jadi orang yang berkuasa, kalo bapak nggak setuju ya udah!” (Marah dan ngambek)
Pak Pratomo     : “Iya Bapak setuju... Ya udah besok pagi kita pergi ke rumah Mbah Sastro.”
-          Mudah Tersanjung dan Sombong
Ibu 2                 : “... dari penampilan ibu lebih glamor, setiap hari perhiasannya ganti-ganti, ibu juga kelihatan muda ...”
Bu Pratomo      : “Tentu dong, saya juga merasa begitu ... kalau suami saya nanti jadi lurah, pasti desa ini akan makmur, seperti saya sekarang ...
3.      Pak Ramlan
Watak        : optimis, tidak mudah terpengaruh, dan bijaksana
Bukti         :
-          Optimis
Bu Ramlan       : “Apa Bapak sudah menyiapkan segala sesuatu untuk Pilkades bulan depan?”
Pak Ramlan      : “Tentu sudah Bu... Bapak harus optimis! Ini merupakan tugas yang tidak gampang!”
-          Tidak Mudah Terpengaruh
Bu Ramlan       : “ .... Mereka disogok Pak, agar memilih Pak Pratomo menjadi lurah!” (Katanya dengan perasaan sedih)
Pak Ramlan      : “Lho...biarkan mereka berbuat seperti itu, justru itu merupakan perbuatan curang Bu. Perbuatan curang dibenci oleh Tuhan! Pokoknya semua serahkan saja pada Yang Maha Kuasa.”
-          Bijaksana
Bu Ramlan       : “Apa bapak tidak marah, apa Bapak tidak berencana melakukan sesuatu agar Bapak terpilih menjadi lurah?”
Pak Ramlan      : “Untuk apa Bu? Lurah itu tugasnya melayani rakyat, memang uang itu perlu untuk kemakmuran rakyat, tapi yang bapak punya sekarang adalah pelayanan dan hati bagi masyarakat. Sudahlah Bu... tidak usah dipikirkan. Biarlah rakyat yang menentukan siapa yang pantas menjadi lurah!” (Pak Ramlan menggandeng Bu Ramlan masuk kamar)
4.      Bu Ramlan
Watak        : perhatian dan khawatiran
Bukti         :
-          Perhatian
Bu Ramlan       : “Tetap semangat ya Pak, jangan lupa jaga kesehatan, ibu takut, gara-gara pikiran Bapak terarah ke pilkades ini, eee... tiba-tiba ngedrop!
Pak Ramlan      : “Iya Bu...”
-          Khawatiran
Pak Ramlan      : (Datang menghampiri istrinya) “Kenapa Bu, kok kelihatan khawatir?”
Bu Ramlan       : “Begini Pak, ibu dengar-dengar kalau sekarang seluruh warga desa kita sedang pergi ke rumah Pak Pratomo. Mereka di sogok Pak, agar memilih Pak Pratomo menjadi lurah!” (Katanya dengan perasaan sedih).
5.      Mbah Sastro
Watak        : mudah mempengaruhi orang dan takhayul
Bukti         :
-          Mudah Mempengaruhi Orang dan Takhayul
Mbah Sastro     : “Nah untuk malam ini, kau semedi di sini. Ini adalah tempat terakhir sebagai prasyarat pesugihanmu. Jika ini berhasil, maka kekayaanmu akan semakin bertambah. Ini kan yang kau inginkan?” (Kata Mbah Sastro sambil menunjukkan persemedian).
Pak Ramlan      : “Iya Mbah!” (Sambil duduk bersila).

B.   SINOPSIS CERITA
Di sebuah desa akan terjadi pemilihan kepala desa (pilkades). Dalam pilkades   tersebut, terdapat dua calon kades yaitu Pak Pratomo dan Pak Ramlan. Pak Pratomo dan Pak Ramlan memiliki cara yang berbeda untuk menghadapi persaingan di pilkades yang akan diselenggarakan beberapa minggu ke depan. Suatu hari, Pak Pratomo yang sangat ambisius menemukan ide licik untuk menghadapi persaingan di pilkades. Idenya tersebut adalah menyogok para warga dengan uang agar memilih dirinya sebagai kades dalam pilkades. Kemudian, idenya atau gagasannya tersebut dilontarkan kepada Bu Pratomo. Bu Pratomo setuju dengan gagasan suaminya asalkan dia menuruti kemauan dirinya untuk melakukan pesugihan dengan dukun desa sebelah. Akhirnya Pak Pratomo mau untuk menuruti kemauan istrinya tersebut. Di lain tempat, Pak Ramlan dan Bu Ramlan sedang berbincang hangat mengenai pilkades. Pak Ramlan mengatakan bahwa dirinya begitu tenang dan optimis dalam menghadapi pilkades.
Singkat cerita, pesugihan Bu Pratomo dan Pak Pratomo dengan dukun desa sebelah berjalan dengan lancar. Gaya hidup Bu Pratomo terlihat semakin mewah. Hingga suatu hari, Pak Pratomo dan istrinya mengundang para warga ke rumahnya. Di sanalah terjadi penyogokan uang kepada para warga. Bu Ramlan terlihat khawatir dengan perbuatan yang dilakukan mereka. Ia memberitahukan suaminya akan hal tersebut, namun jawaban Pak Ramlan sangat bijaksana dan berhasil menenangkan Bu Ramlan.
Pada suatu malam, para warga yang sedang beronda malam tak sengaja melihat Pak Pratomo dan berhasil memata-matai dirinya yang sedang melakukan semedi pesugihan bersama Mbah Sastro (dukun desa sebelah) di suatu pinggiran sungai. Dari situlah warga akhirnya menyadari bahwa Pak Pratomo telah melakukan penyogokan uang dan uang yang mereka terima adalah uang haram hasil pesugihan. Para warga akhirnya memutuskan untuk membalas perbuatan Pak Pratomo di pilkades nanti.
Hari pilkades telah tiba, para warga berkumpul di balai desa untuk melakukan pemilihan kepala desa. Setelah itu, pada pukul 14.00 WIB para warga melakukan perhitungan suara. Pak Pratomo merasa sangat percaya diri akan hasil yang ia dapatkan. Namun ternyata harapan Pak Pratomo harus jatuh. Pak Ramlan terpilih menjadi kepala desa melalui hasil suara yang ia dapatkan di pilkades. Pak Pratomo tidak terima dengan keputusan tersebut, ia menuding bahwa para warga telah membohongi dirinya. Ia juga mengklaim dirinya sebagai lurah yang sah. Sementara itu, Bu Pratomo merasa sangat malu. Ia mengajak suaminya untuk pindah rumah ke desa lain. Tetapi, Pak Pratomo menolak. Ia tetap mengklaim bahwa dirinya adalah lurah yang sah. Hingga akhirnya, Pak Pratomo menjadi gila dan frustasi karena hal tersebut.

C.   NILAI-NILAI
1.      Nilai Agama
-          Kita tidak boleh melakukan pesugihan dengan dukun karena pesugihan merupakan hal yang dibenci oleh Allah Swt.
Bukti            :
Mbah Sastro    : “Nah untuk malam ini, kau semedi di sini. Ini adalah tempat terakhir sebagai prasyarat pesugihanmu. Jika ini berhasil, maka kekayaanmu akan semakin bertambah. Ini kan yang kau inginkan?” (Kata Mbah Sastro sambil menunjukkan persemedian).
Pak Ramlan     : “Iya Mbah!” (Sambil duduk bersila).
-          Menyerahkan segala sesuatu kepada Yang Maha Kuasa (Allah Swt.)
Bukti :
Pak Ramlan     : “Lho...biarkan mereka berbuat seperti itu, justru itu merupakan perbuatan curang Bu. Perbuatan curang dibenci oleh Tuhan! Pokoknya semua serahkan saja pada Yang Maha Kuasa.”
Bu Ramlan      : “Apa bapak tidak marah, apa Bapak tidak berencana melakukan sesuatu agar Bapak terpilih menjadi lurah?”
-          Tidak mau menerima atau menggunakan uang yang didapatkan secara haram
Bukti :
Bapak 1        : “Hei..., Pak Pratomo, semua uang yang Anda berikan saya kembalikan, kami tidak sudi menerima uang haram!!
Bapak 2        : “Kami tidak butuh uang, tapi butuh pelayanan, dan kami butuh lurah yang jujur dan bijaksana seperti Pak Ramlan.”
2.      Nilai Moral
-          Bersikap sabar dan tidak gegabah dalam menghadapi situasi apapun
Bukti :
Bu Ramlan      : “ .... Mereka disogok Pak, agar memilih Pak Pratomo menjadi lurah!” (Katanya dengan perasaan sedih)
Pak Ramlan     : “Lho...biarkan mereka berbuat seperti itu, justru itu merupakan perbuatan curang Bu. Perbuatan curang dibenci oleh Tuhan! Pokoknya semua serahkan saja pada Yang Maha Kuasa.”
Bu Ramlan      : “Apa bapak tidak marah, apa Bapak tidak berencana melakukan sesuatu agar Bapak terpilih menjadi lurah?”
Pak Ramlan     : “Untuk apa Bu? Lurah itu tugasnya melayani rakyat, memang uang itu perlu untuk kemakmuran rakyat, tapi yang bapak punya sekarang adalah pelayanan dan hati bagi masyarakat. Sudahlah Bu... tidak usah dipikirkan. Biarlah rakyat yang menentukan siapa yang pantas menjadi lurah!” (Pak Ramlan menggandeng Bu Ramlan masuk kamar)
-          Kita tidak boleh melakukan hal yang tercela atau licik untuk meraih tujuan tertentu
Bukti :
Pak Pratomo    : “Begini Bu...kita sogok saja masyarakat kampung kita,    orang-orang zaman sekarang, kalau sudah diiming-imingi uang, matanya langsung ijo.
Bu Pratomo     : “Uang dari mana?”
-          Merasa malu ketika telah berbuat salah
Bukti :
         Bu Pratomo     : “Ayo Pak kita pergi jauh-jauh dari desa sini, saya malu
                                 Pak!” (Menggandeng suaminya).

3.      Nilai Sosial
-          Bekerja sama untuk melemahkan kejahatan atau kecurangan yang dilakukan oleh seseorang
Bukti :
Bapak 2           : “Saya juga. Ya sudah besok pagi kita sebarkan berita penting ini kepada semua warga desa kita, agar tahu rasa Pak Pratomo!”
Bapak 1           : “Dan kita buat rencana bersama untuk membalas kecurangan Pak Pratomo.” (Mereka semua bergegas pergi).

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda