Mark and Nadine Part 3-1
Mark and Nadine Part 3-1
Ini cerita aneh banget,
singkat banget, sekian dulu deh nanti kapan-kapan aku post yang 3-2. Udah jadi
sih ceritanya tapi tak potong-potong…
Aneh? Pasti aneh ni cerita…
Selamat membaca cerita anehku part 3-1….
Author : Elyssa Ridhaningrum
Cast : 1. Mark Feehily
2. Nadine Fredickson
3. Charlotte Catherine
4. Barry Feehily
5. Nana Fredickson
6. Marie Feehily
7. Ayu Kristiana
8. Etna Astuti
9. Ridwan Kusumah
10. Hasna Hanifah
Awalnya, Ayu d.k.k tidak setuju
dengan ajakan Nadine dengan mencari-cari alasan. Nadine terus memaksa
teman-temannya untuk ikut, karena merasa tidak tega melihat Nadine terus
bersedih akibat perbuatan seorang pria bernama Mark Feehily akhirnya
teman-teman Nadine (Ayu, Etna, Ridwan, dan Hasna) mau ikut dengan Nadine ke
rumah neneknya di Sligo, Irlandia. Perjalanan jauh ditempuh Nadine, Ayu, Etna,
Ridwan,dan Hasna menggunakan sebuah mobil milik keluarga Fredickson selama 6
jam. Akhirnya mereka sampai di rumah Nana Fredickson. Nadine turun dari mobil
membantu teman-temannya menurunkan barang-barang. Nadine melihat ke arah rumah
samping kanan rumah nananya, Nadine melihat sebuah mobil yang sudah tak asing
lagi dia lihat.
“Sepertinya
aku mengenali mobil itu, tapi itu mobil siapa ya?”, gumam Nadine.
“Nadine!!!
Bantu aku mengangkat koper ini”, teriak Ayu yang keberatan mengangkat koper
milik Ridwan.
“Hah, sudahlah
lupakan”, gumam Nadine seraya membantu Ayu mengangkat koper milik Ridwan.
“SUMPAH ya ini koper berat banget, bawa apa sih lu
wan?”, Ayu mengeluh.
“Baju 2
minggu, cemilanku, alat mandi, buku tentang tari klasik modern, dan…”, sebut
Ridwan.
“Dan apa?
Sebutin yang benar!”, bentak Ayu.
“BONEKA
TEDDY BEAR, kesayanganku”, ucap Ridwan malu-malu.
“Kamu punya
boneka teddy bear?”, tanya Etna merasa tak percaya dengan perkataan Ridwan.
“Hahaha LEKONG
deh kamu”, ejek Hasna.
“Ah Hasna, aku
bukan LEKONG”, muka Ridwan memerah karena merasa malu.
“Aduh, CAPEK
DEH”, ucap Ayu.
“Sudahlah,
kakakku Charles aja juga punya boneka kesayangan”, ucap Nadine.
Setelah
selesai mengangkat koper super berat milik Ridwan, Nadine mengetuk pintu rumah
nananya.
“Selamat
siang, nana”, Nadine mengetuk pintu rumah nananya.
“Iya tunggu
sebentar”, terdengar dari luar suara wanita paruh baya.
Nana
Fredickson membukakan pintu untuk Nadine dan teman-temannya.
“Kalian siapa
ya?”, Nana Fredickson lupa dengan cucunya sendiri.
“Saya Nadine,
nana. Dan mereka teman-teman Nadine”, Nadine menunjuk teman-temannya.
“Nadine
siapa?”, tanya Nana Fredickson.
“Nadine
Fredickson, cucu nana”, Nadine tersenyum kepada nananya.
“Cucu? Aku
punya cucu?”, Nana Fredickson menunjuk dirinya sendiri.
“Cucu nana
dari Dublin”, ucap Nadine.
“Oh nana
ingat, kamu cucu perempuan nana satu-satunya. O.. iya”, Nana Fredickson mengingat
Nadine.
“Iya nana”,
peluk Nadine.
“Ayo masuk,
kalian jangan di luar terus”, Nana Fredickson mempersilahkan Nadine dan
teman-temannya masuk ke dalam rumahnya.
“Terimakasih
Nana”, ucap teman-teman Nadine kompak.
**
Sementara itu
di rumah Mark..
“Mam, aku
pulang..”, ucap Barry yang menutup pintu.
“Oh iya
sayang… kok kamu sudah pulang?”, ucap Mam Marie Feehily.
“Meeting ditiadakan
mam”, Barry memasuki ruang keluarga.
Barry melihat
adanya Charlotte Catherine di rumahnya. Barry membuka pintu kamarnya.
“Barry, duduk
sini dulu sayang”, ajak Mam Marie.
“Iya mam”,
Barry menutup pintu kamarnya kembali dan duduk di samping Mark.
“Ye, kakak
datang bukannya dipeluk malah diacuhkan”, protes Mark.
Barry
memandangi Charlotte Catherine. Sementara, Charlotte juga memandangi Barry.
Sepertinya mereka berdua mulai tertarik satu sama lain. Barry tersenyum ke arah
Charlotte.
“Hayo
kalian..”, Mark mengagetkan Barry dan Charlotte.
“Ih apaan sih
kakak”, Barry protes kepada Mark.
“Udah, kalian
jadian aja”, ucap Mark.
“Ha?”, ucap
Charlotte yang merasa tak percaya dengan perkataan Mark barusan.
“Iya, Charl.
Kalian cocok, aku tau kamu kesini ingin ketemu Barry kan? Apa kalian dah
jadian?”, Mark mulai menebak.
“Iya, emang
kenapa?”, ucap Barry sewot.
“Eh ciye..
ternyata adik kakak bernama Barry sudah memacari sahabat kakak bernama Charl”,
Mark mengejek Barry.
Seketika pipi
Barry dan Charlotte memerah.
“Mark, aku
pulang dulu ya”, ucap Charlotte.
“Eh kenapa?
Malu ya rahasianya terbongkar?”, ejek Mark sekali lagi.
“Ah tidak kok,
aku ada urusan. Aku mau mengambil anjingku di salon anjing”, pipi Charlotte
terlihat masih memerah.
“Mari aku
antar ke depan”, ucap Barry.
“Terimakasih”,
Charlotte tersenyum kepada Barry.
Sesampainya di
depan rumah…
“Terimakasih
Barry telah mengantarkan aku ke depan”, ucap Charlotte.
“Kamu kesini
naik apa?”, ucap Barry dengan memperhatikan sekeliling rumahnya.
“Aku jalan
kaki”, ucap Charlotte lirih.
“Mau aku
antar? Aku sekalian mau tau rumahmu..”, Barry menawarkan bantuan.
“Ah tidak
usah, nanti merepotkan”, Charlotte menunduk.
“Baru kali
ini, aku menawarkan bantuan tapi ditolak sama perempuan”, gumam Barry.
“Ini mendung,
aku takut kamu kehujanan. Katanya kamu juga mau mengambil anjingmu di salon
anjing”, Barry menatap wajah Charlotte dan Charlotte membalas tatapan Barry
“Ehem..”, ucap
Mark dari belakang.
Barry dan
Charlotte merasa terkaget karena kehadiran Mark yang mengagetkannya. Barry dan
Charlotte melepaskan tatapan.
“Lah Charl kok
belum pulang? Katanya tadi mau pulang karena ada urusan. Oh jangan-jangan
alasan pulang karena ingin berduaan dengan Barry?”, ucap Mark dengan muka
serius.
“Ini baru mau
pulang”, ucap Charlotte seraya menggaruk-garuk rambutnya.
“Sudahlah,
Barry antarkan Charl ya.. Aku takut dia terjadi apa-apa dengannya”, Mark
memerintah Barry.
“Siap kak..”,
ucap Barry dengan raut wajah yang gembira.
“Baiklah,
selamat siang Mark. Saya pulang dahulu, terimakasih atas hari ini”, ucap
Charlotte.
“Iya sama-sama
Charl. Bye-bye”, Mark melambaikan tangannya.
“Bye..”,
Charlotte membalaskan lambaian tangan Mark.
Charlotte
masuk ke dalam mobil mewah berwarna hitam milik Barry.
“Kenapa tadi
kamu bilang dengan Mark, kalo kita jadian?”, tanya Charlotte.
“Ha? Itu biar
aku sama kakakku gak ribut”, ucap Barry dengan santainya.
“Oh..”, ucap
Charlotte santai.
“Tapi aku
berharapnya kita jadian..”, ucap Barry spontan.
“Apa kamu
bilang?”, ucap Charlotte terkaget.
“Hey kalian..
kok belum jalan?”, teriak Mark dari luar mobil.
“Oh iya”,
Barry mulai menyalakan mesin mobil miliknya dan segera pergi meninggalkan
halaman depan kediaman keluarga Feehily.
“Aduh.. aduh”,
ucap Mark seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
**
Dirumah nana Fredickson, Nadine
memasak pudding khas Irlandia. Sementara Etna memasak Cumi goreng tepung, Ayu
memasak Sosis asam manis, Hasna membuat orange juice, dan Ridwan memijat kaki
nana Fredickson.
“Nah disitu..
Ahli sekali kamu pijatnya”, ucap Nana Fredickson.
“Hehehe
makasih nana”, Ridwan tersenyum.
“Kamu cocok
deh jadi tukang pijat”, Nana Fredickson membenarkan syalnya.
“Haduh ni
nenek-nenek, udah tua tapi bicaranya nyakitin hati orang. Emang gue cowok
apaan? Gak level tau jadi tukang pijat”, gumam Ridwan.
“Nak naik
sedikit di bagian betis”, Nana Fredickson menyuruh Ridwan.
“Derita anak
laki-laki ni..”, Ridwan mengeluh.
“Sabar bang!!!”,
teriak Hasna.
“Gantian sini!”,
Ridwan membalas teriakan Hasna.
“Kagak ah,
udah ada kerjaan ni.. Lanjutin ya asisitennya nana”, ejek Hasna.
“Dasar bocah”,
gumam Ridwan kesal.
Setelah
masakan telah matang, Nana, Nadine, Ayu, Etna, Hasna,dan Ridwan makan siang
bersama.
**
Setelah
selesai makan siang, Nadine membaca koran di teras depan rumah nananya.
“Hm koran
Sligo ternyata masih sama aja, garing banget dibacanya”, ucap Nadine.
“Koran apaan
sih ini!! Berita gak jelas..”, teriak Mark.
“Satu lagi,
orang marah dengan koran garing ini”, ucap Nadine lirih.
“Mending aku
main ke rumah Nana Fredickson”, gumam Mark.
Mark berjalan
ke rumah Nana Fredickson, tak ada satu menit Mark tiba di rumah Nana
Fredickson.
“Nadine?”,
Mark terkaget karena adanya Nadine di rumah Nana Fredickson.
“Mark?”,
begitu pula Nadine yang juga merasa terkaget mendengar suara Mark.
“Haha, jodoh
pasti tidak kemana. Kamu ngapain disini?”, ucap Mark.
“Ye..
suka-suka aku dong, ini kan rumah nana aku!!”, bentak Nadine.
“Woles dong
neng..”, ejek Mark.
“La kamu
ngapain disini?”, tanya Nadine.
“Ke rumah nana
kamu lah, rumah orang tua aku kan disebelah kanan persis rumah nana kamu”, ucap
Mark.
“Jangan
lama-lama disini!!”, bentak Nadine.
“Kamu kenapa
sih sewot sama aku? Apa salah aku? Huh”, ucap Mark.
“Ye.. pikiran
aja sendiri”, Nadine masuk ke dalam rumah nananya.
“O.. masalah
semalam ya? Maafkan aku Nadine, aku tak cerita kepadamu terlebih dahulu kalau
aku itu..”, Mark mencegah Nadine masuk ke dalam rumah nananya.
“Kalau kamu
itu apa? Kamu gay? Iya?. Aku kecewa ya sama kamu, aku kira kamu sahabat aku
yang bisa menjaga perasaan aku. Ternyata gak Mark, setelah kamu mengecewakan
aku.. Kamu bukan sahabat aku lagi. Kamu bukan Mark yang dulu. Aku benci dengan
Mark Feehily yang sekarang!!”, ucap Nadine.
Nadine berlari
ke dalam rumah Nana Fredickson dalam keadaan menangis, Nadine masuk ke
kamarnya,dan segera mengunci pintu kamarnya.
Penasaran
kelanjutannya? segini dulu ya pembaca, kapan-kapan aku post lanjutannya..
Komentarnya
boleh minta?
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda