Rabu, 09 Oktober 2013

Mark and Nadine Part 3-1

Mark and Nadine Part 3­-1

            Ini cerita aneh banget, singkat banget, sekian dulu deh nanti kapan-kapan aku post yang 3-2. Udah jadi sih ceritanya tapi tak potong-potong…
Aneh? Pasti aneh ni cerita…
Selamat membaca cerita anehku part 3-1….
Author : Elyssa Ridhaningrum
Cast     : 1. Mark Feehily
            2. Nadine Fredickson
            3. Charlotte Catherine
            4. Barry Feehily
            5. Nana Fredickson
            6. Marie Feehily
7. Ayu Kristiana
            8. Etna Astuti
            9. Ridwan Kusumah
            10. Hasna Hanifah

            Awalnya, Ayu d.k.k tidak setuju dengan ajakan Nadine dengan mencari-cari alasan. Nadine terus memaksa teman-temannya untuk ikut, karena merasa tidak tega melihat Nadine terus bersedih akibat perbuatan seorang pria bernama Mark Feehily akhirnya teman-teman Nadine (Ayu, Etna, Ridwan, dan Hasna) mau ikut dengan Nadine ke rumah neneknya di Sligo, Irlandia. Perjalanan jauh ditempuh Nadine, Ayu, Etna, Ridwan,dan Hasna menggunakan sebuah mobil milik keluarga Fredickson selama 6 jam. Akhirnya mereka sampai di rumah Nana Fredickson. Nadine turun dari mobil membantu teman-temannya menurunkan barang-barang. Nadine melihat ke arah rumah samping kanan rumah nananya, Nadine melihat sebuah mobil yang sudah tak asing lagi dia lihat.
“Sepertinya aku mengenali mobil itu, tapi itu mobil siapa ya?”, gumam Nadine.
“Nadine!!! Bantu aku mengangkat koper ini”, teriak Ayu yang keberatan mengangkat koper milik Ridwan.
“Hah, sudahlah lupakan”, gumam Nadine seraya membantu Ayu mengangkat koper milik Ridwan.
SUMPAH  ya ini koper berat banget, bawa apa sih lu wan?”, Ayu mengeluh.
“Baju 2 minggu, cemilanku, alat mandi, buku tentang tari klasik modern, dan…”, sebut Ridwan.
“Dan apa? Sebutin yang benar!”, bentak Ayu.
BONEKA TEDDY BEAR, kesayanganku”, ucap Ridwan malu-malu.
“Kamu punya boneka teddy bear?”, tanya Etna merasa tak percaya dengan perkataan Ridwan.
“Hahaha LEKONG deh kamu”, ejek Hasna.
“Ah Hasna, aku bukan LEKONG”, muka Ridwan memerah karena merasa malu.
“Aduh, CAPEK DEH”, ucap Ayu.
“Sudahlah, kakakku Charles aja juga punya boneka kesayangan”, ucap Nadine.
Setelah selesai mengangkat koper super berat milik Ridwan, Nadine mengetuk pintu rumah nananya.
“Selamat siang, nana”, Nadine mengetuk pintu rumah nananya.
“Iya tunggu sebentar”, terdengar dari luar suara wanita paruh baya.
Nana Fredickson membukakan pintu untuk Nadine dan teman-temannya.
“Kalian siapa ya?”, Nana Fredickson lupa dengan cucunya sendiri.
“Saya Nadine, nana. Dan mereka teman-teman Nadine”, Nadine menunjuk teman-temannya.
“Nadine siapa?”, tanya Nana Fredickson.
“Nadine Fredickson, cucu nana”, Nadine tersenyum kepada nananya.
“Cucu? Aku punya cucu?”, Nana Fredickson menunjuk dirinya sendiri.
“Cucu nana dari Dublin”, ucap Nadine.
“Oh nana ingat, kamu cucu perempuan nana satu-satunya. O.. iya”, Nana Fredickson mengingat Nadine.
“Iya nana”, peluk Nadine.
“Ayo masuk, kalian jangan di luar terus”, Nana Fredickson mempersilahkan Nadine dan teman-temannya masuk ke dalam rumahnya.
“Terimakasih Nana”, ucap teman-teman Nadine kompak.
**
Sementara itu di rumah Mark..
“Mam, aku pulang..”, ucap Barry yang menutup pintu.
“Oh iya sayang… kok kamu sudah pulang?”, ucap Mam Marie Feehily.
“Meeting ditiadakan mam”, Barry memasuki ruang keluarga.
Barry melihat adanya Charlotte Catherine di rumahnya. Barry membuka pintu kamarnya.
“Barry, duduk sini dulu sayang”, ajak Mam Marie.
“Iya mam”, Barry menutup pintu kamarnya kembali dan duduk di samping Mark.
“Ye, kakak datang bukannya dipeluk malah diacuhkan”, protes Mark.
Barry memandangi Charlotte Catherine. Sementara, Charlotte juga memandangi Barry. Sepertinya mereka berdua mulai tertarik satu sama lain. Barry tersenyum ke arah Charlotte.
“Hayo kalian..”, Mark mengagetkan Barry dan Charlotte.
“Ih apaan sih kakak”, Barry protes kepada Mark.
“Udah, kalian jadian aja”, ucap Mark.
“Ha?”, ucap Charlotte yang merasa tak percaya dengan perkataan Mark barusan.
“Iya, Charl. Kalian cocok, aku tau kamu kesini ingin ketemu Barry kan? Apa kalian dah jadian?”, Mark mulai menebak.
“Iya, emang kenapa?”, ucap Barry sewot.
“Eh ciye.. ternyata adik kakak bernama Barry sudah memacari sahabat kakak bernama Charl”, Mark mengejek Barry.
Seketika pipi Barry dan Charlotte memerah.
“Mark, aku pulang dulu ya”, ucap Charlotte.
“Eh kenapa? Malu ya rahasianya terbongkar?”, ejek Mark sekali lagi.
“Ah tidak kok, aku ada urusan. Aku mau mengambil anjingku di salon anjing”, pipi Charlotte terlihat masih memerah.
“Mari aku antar ke depan”, ucap Barry.
“Terimakasih”, Charlotte tersenyum kepada Barry.
Sesampainya di depan rumah…
“Terimakasih Barry telah mengantarkan aku ke depan”, ucap Charlotte.
“Kamu kesini naik apa?”, ucap Barry dengan memperhatikan sekeliling rumahnya.
“Aku jalan kaki”, ucap Charlotte lirih.
“Mau aku antar? Aku sekalian mau tau rumahmu..”, Barry menawarkan bantuan.
“Ah tidak usah, nanti merepotkan”, Charlotte menunduk.
“Baru kali ini, aku menawarkan bantuan tapi ditolak sama perempuan”, gumam Barry.
“Ini mendung, aku takut kamu kehujanan. Katanya kamu juga mau mengambil anjingmu di salon anjing”, Barry menatap wajah Charlotte dan Charlotte membalas tatapan Barry
“Ehem..”, ucap Mark dari belakang.
Barry dan Charlotte merasa terkaget karena kehadiran Mark yang mengagetkannya. Barry dan Charlotte melepaskan tatapan.
“Lah Charl kok belum pulang? Katanya tadi mau pulang karena ada urusan. Oh jangan-jangan alasan pulang karena ingin berduaan dengan Barry?”, ucap Mark dengan muka serius.
“Ini baru mau pulang”, ucap Charlotte seraya menggaruk-garuk rambutnya.
“Sudahlah, Barry antarkan Charl ya.. Aku takut dia terjadi apa-apa dengannya”, Mark memerintah Barry.
“Siap kak..”, ucap Barry dengan raut wajah yang gembira.
“Baiklah, selamat siang Mark. Saya pulang dahulu, terimakasih atas hari ini”, ucap Charlotte.
“Iya sama-sama Charl. Bye-bye”, Mark melambaikan tangannya.
“Bye..”, Charlotte membalaskan lambaian tangan Mark.
Charlotte masuk ke dalam mobil mewah berwarna hitam milik Barry.
“Kenapa tadi kamu bilang dengan Mark, kalo kita jadian?”, tanya Charlotte.
“Ha? Itu biar aku sama kakakku gak ribut”, ucap Barry dengan santainya.
“Oh..”, ucap Charlotte santai.
“Tapi aku berharapnya kita jadian..”, ucap Barry spontan.
“Apa kamu bilang?”, ucap Charlotte terkaget.
“Hey kalian.. kok belum jalan?”, teriak Mark dari luar mobil.
“Oh iya”, Barry mulai menyalakan mesin mobil miliknya dan segera pergi meninggalkan halaman depan kediaman keluarga Feehily.
“Aduh.. aduh”, ucap Mark seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
**
                Dirumah nana Fredickson, Nadine memasak pudding khas Irlandia. Sementara Etna memasak Cumi goreng tepung, Ayu memasak Sosis asam manis, Hasna membuat orange juice, dan Ridwan memijat kaki nana Fredickson.
“Nah disitu.. Ahli sekali kamu pijatnya”, ucap Nana Fredickson.
“Hehehe makasih nana”, Ridwan tersenyum.
“Kamu cocok deh jadi tukang pijat”, Nana Fredickson membenarkan syalnya.
“Haduh ni nenek-nenek, udah tua tapi bicaranya nyakitin hati orang. Emang gue cowok apaan? Gak level tau jadi tukang pijat”, gumam Ridwan.
“Nak naik sedikit di bagian betis”, Nana Fredickson menyuruh Ridwan.
“Derita anak laki-laki ni..”, Ridwan mengeluh.
“Sabar bang!!!”, teriak Hasna.
“Gantian sini!”, Ridwan membalas teriakan Hasna.
“Kagak ah, udah ada kerjaan ni.. Lanjutin ya asisitennya nana”, ejek Hasna.
“Dasar bocah”, gumam Ridwan kesal.
Setelah masakan telah matang, Nana, Nadine, Ayu, Etna, Hasna,dan Ridwan makan siang bersama.

**
Setelah selesai makan siang, Nadine membaca koran di teras depan rumah nananya.
“Hm koran Sligo ternyata masih sama aja, garing banget dibacanya”, ucap Nadine.
“Koran apaan sih ini!! Berita gak jelas..”, teriak Mark.
“Satu lagi, orang marah dengan koran garing ini”, ucap Nadine lirih.
“Mending aku main ke rumah Nana Fredickson”, gumam Mark.
Mark berjalan ke rumah Nana Fredickson, tak ada satu menit Mark tiba di rumah Nana Fredickson.
“Nadine?”, Mark terkaget karena adanya Nadine di rumah Nana Fredickson.
“Mark?”, begitu pula Nadine yang juga merasa terkaget mendengar suara Mark.
“Haha, jodoh pasti tidak kemana. Kamu ngapain disini?”, ucap Mark.
“Ye.. suka-suka aku dong, ini kan rumah nana aku!!”, bentak Nadine.
“Woles dong neng..”, ejek Mark.
“La kamu ngapain disini?”, tanya Nadine.
“Ke rumah nana kamu lah, rumah orang tua aku kan disebelah kanan persis rumah nana kamu”, ucap Mark.
“Jangan lama-lama disini!!”, bentak Nadine.
“Kamu kenapa sih sewot sama aku? Apa salah aku? Huh”, ucap Mark.
“Ye.. pikiran aja sendiri”, Nadine masuk ke dalam rumah nananya.
“O.. masalah semalam ya? Maafkan aku Nadine, aku tak cerita kepadamu terlebih dahulu kalau aku itu..”, Mark mencegah Nadine masuk ke dalam rumah nananya.
“Kalau kamu itu apa? Kamu gay? Iya?. Aku kecewa ya sama kamu, aku kira kamu sahabat aku yang bisa menjaga perasaan aku. Ternyata gak Mark, setelah kamu mengecewakan aku.. Kamu bukan sahabat aku lagi. Kamu bukan Mark yang dulu. Aku benci dengan Mark Feehily yang sekarang!!”, ucap Nadine.
Nadine berlari ke dalam rumah Nana Fredickson dalam keadaan menangis, Nadine masuk ke kamarnya,dan segera mengunci pintu kamarnya.
Penasaran kelanjutannya? segini dulu ya pembaca, kapan-kapan aku post lanjutannya..

Komentarnya boleh minta?

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda