Minggu, 15 Juli 2018

Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Hati Seorang Bunda


HATI SEORANG BUNDA
1.      Tema : percintaan
Dalam cerpen ini mengisahkan seorang ibu yang melahirkan anak pertamanya namun pada saat yang bersamaan suaminya meninggal. Diceritakan betapa inginnya sang istri untuk bertertemu suaminya yang sejak ia melahirkan belum pernah sekalipun mengunjungnya dan anak pertamanya itu.
2.      Tokoh dan perwatakan
Sawitri :  sabar, pengertian
Suami sawitri : bijaksana “ ya apa saja nanti perempuan ya baik, laki-laki ya baik aku tak mau mengecewakan mereka nanti”
Made : rela berkorban , baik “semua keluarga tidak ada yang sanggup pergi ke rumah sakit, baik untuk menjenguk saja apalagi untuk ditugaskan memberikabar kepada istri yang malang itu. Jadi terpaksa Made yang akan ke rumah sakit selama iparnya itu belum tahu apa-apa tentang berita suaminya.
Bidan : tanggap “cepat dipegangnya pergelangan tangan perempuan yang pingsan itu, memeriksa denyutan urat nadinya seraya memberi perintah kepada seorang juru rawat.”
3.      Latar
a.      Waktu
1.      Pagi : “pagi itu sementara orang –orang lain dalam keluarganya tengah sibuk mempersiapkan segala sesuatu menjelang upacara pemakanman”
2.      Saing hari : “pukul sebelas, katanya dalam hati. Dan sebentar lagi semoga suaminya datang kali ini. Dia betul-betul mendoa.”
b.      Suasana :
1.      Menegangkan : “ ibunya menerangkan, sewaktu dia berangkat kerumah sakit tadi, kira-kira setengah jam setelah itu badan abangnya panas sekali. Sampai abangnya mengigau dan membentak-bentak seperti menghadapi seseorang yang dibencinya dan mengancam orang itu, keluarga jadi panik...”
2.      Haru : “ Bidan yang cantik dan manis itu berpaling ke arah pasiennya yang mlang itu. Dan terasa olehnya air matanya hendak mengalir ke luar.”
3.      Membingungkan : “sehingga pikirannya beralih kelada mertuanya yang perempuan. Perempuan tua itu cinta betul kepadanya, tidak seperti mertua teman-temannya yang selalu bertinfak keterlaluan cerewetnya. Mengapa dia tidak datang sehari penuh kemarin? ... juga gadis-gadus iparnya itu mengapa satu pun mereka tak ada yang menjenguknya?”
c.       Tempat :
1.      Kamar bersalin : “ dan tangis sang bayi mengoek-ngoek mengisi kamar bersalin itu”
2.      Kamar : “perempuan dan lelaki itu terlentang di atas ranjang.  Sebuah lampu minyak lidah apinya gemetar menimbulkan bunyi yang bergetar sangat halus”
3.      Halaman rumah Made : “ sambil membawa periuk berisi ari-ari yang berlumuran darah, Made tertegun di pintu halaman rumahnya.”
4.      Sudut Pandang
Orang ketiga serba tahu “suaminya tidak menjawab. Perempuan itu menoleh dan kemudian tersenyum. Dia ketiduran karena capek, katanya dalam hati.”
5.      Gaya Bahasa

1.      Menggunakan Denotasi
-          “terpaksa seorang dukun dipanggil. Dan dijelaskan oleh dukun itu bahwa abangnya kena “pasangan orang”. Pasangan orang yang dimaksud adalah santet.
2.      Majas personifikasi
-          “Sebuah lampu minyak lidah apinya gemetar menimbulkan bunyi yang bergetar sangat halus”
3.      Majas simile
-          “pinggulnya seperti terpilin rasanya seperti terpilin rasanya dan tulang

6.      Amanat
Kebenaran harus tetap diutarakan meskipun akan terasa menyakitkan sebelum kebohongan kebohongan menimbukan masalah baru yang lebih rumit.
7.      Alur
Maju mundur
“securigaannya – yang menjadi kecurigaan semua keluarganya pula – Cuma tertuju kepada bekas kekasih Sawitri. Tempo hari kehadiran abangnya menyebabkan gadis itu menyimpang-cintanya kepada abangnya. Kemarin abangnya ke kota di mana lelaki yang kecewa itu berada.”
a.      Permulaan :
Malam saat sawitri dan suaminya membicarakan anak dalam kandungan sawitri
“ “Kata orang, bayinya lelaki kalai demikian,” kata lelaki itu seraya menggeser tangannya ke sebelah kanan perut istrinya. Bayi itu bergerak. Mungkin ia menendang, pikirnya dan hatinya jadi gembira, bangga dan bahagia.”
b.      Penanjakan (apasih namanya)
Saat sawitri melahirkan tanpa didampingi suaminya
“ “saudara suaminya?” “Bukan. Saya iparnya. Abang saya berhalangan datang. Malarianya kumat” jawab pemuda itu.
c.       Klimaks
saat suami dan sanak-saudara sawitri tidak ada yang datang mengunjunginya kecuali Made, adik iparnya.
“sehingga pikirannya beralih kelada mertuanya yang perempuan. Perempuan tua itu cinta betul kepadanya, tidak seperti mertua teman-temannya yang selalu bertinfak keterlaluan cerewetnya. Mengapa dia tidak datang sehari penuh kemarin? ... juga gadis-gadus iparnya itu mengapa satu pun mereka tak ada yang menjenguknya?”
d.      Anti klimaks
Made mengatakan yang sebenarnya bahwa suami Sawitri telah meninggal
“ “saya memberi tahu bahwa suaminya meninggal dan telah dikebumukan.”
e.      Ending
Sawitri pingsan setelah mendengar kabar bahwa suaminya telah meninggal
“ cepat dipegangnya pergelangan tangan perempuan yang pingsan itu, memerikasa denyutan urat nadinya”

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda