Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Hati Seorang Bunda
HATI
SEORANG BUNDA
1. Tema
: percintaan
Dalam cerpen ini mengisahkan
seorang ibu yang melahirkan anak pertamanya namun pada saat yang bersamaan
suaminya meninggal. Diceritakan betapa inginnya sang istri untuk bertertemu
suaminya yang sejak ia melahirkan belum pernah sekalipun mengunjungnya dan anak
pertamanya itu.
2. Tokoh
dan perwatakan
Sawitri : sabar, pengertian
Suami sawitri : bijaksana “ ya apa
saja nanti perempuan ya baik, laki-laki ya baik aku tak mau mengecewakan mereka
nanti”
Made : rela berkorban , baik
“semua keluarga tidak ada yang sanggup pergi ke rumah sakit, baik untuk
menjenguk saja apalagi untuk ditugaskan memberikabar kepada istri yang malang
itu. Jadi terpaksa Made yang akan ke rumah sakit selama iparnya itu belum tahu
apa-apa tentang berita suaminya.
Bidan : tanggap “cepat dipegangnya
pergelangan tangan perempuan yang pingsan itu, memeriksa denyutan urat nadinya
seraya memberi perintah kepada seorang juru rawat.”
3. Latar
a. Waktu
1. Pagi
: “pagi itu sementara orang –orang lain dalam keluarganya tengah sibuk
mempersiapkan segala sesuatu menjelang upacara pemakanman”
2. Saing
hari : “pukul sebelas, katanya dalam hati. Dan sebentar lagi semoga suaminya
datang kali ini. Dia betul-betul mendoa.”
b. Suasana
:
1. Menegangkan
: “ ibunya menerangkan, sewaktu dia berangkat kerumah sakit tadi, kira-kira
setengah jam setelah itu badan abangnya panas sekali. Sampai abangnya mengigau
dan membentak-bentak seperti menghadapi seseorang yang dibencinya dan mengancam
orang itu, keluarga jadi panik...”
2. Haru
: “ Bidan yang cantik dan manis itu berpaling ke arah pasiennya yang mlang itu.
Dan terasa olehnya air matanya hendak mengalir ke luar.”
3. Membingungkan
: “sehingga pikirannya beralih kelada mertuanya yang perempuan. Perempuan tua
itu cinta betul kepadanya, tidak seperti mertua teman-temannya yang selalu
bertinfak keterlaluan cerewetnya. Mengapa dia tidak datang sehari penuh
kemarin? ... juga gadis-gadus iparnya itu mengapa satu pun mereka tak ada yang
menjenguknya?”
c. Tempat
:
1. Kamar
bersalin : “ dan tangis sang bayi mengoek-ngoek mengisi kamar bersalin itu”
2. Kamar
: “perempuan dan lelaki itu terlentang di atas ranjang. Sebuah lampu minyak lidah apinya gemetar
menimbulkan bunyi yang bergetar sangat halus”
3. Halaman
rumah Made : “ sambil membawa periuk berisi ari-ari yang berlumuran darah, Made
tertegun di pintu halaman rumahnya.”
4. Sudut
Pandang
Orang
ketiga serba tahu “suaminya tidak menjawab. Perempuan itu menoleh dan kemudian
tersenyum. Dia ketiduran karena capek, katanya dalam hati.”
5. Gaya
Bahasa
1. Menggunakan
Denotasi
-
“terpaksa seorang dukun dipanggil. Dan
dijelaskan oleh dukun itu bahwa abangnya kena “pasangan orang”. Pasangan orang
yang dimaksud adalah santet.
2. Majas
personifikasi
-
“Sebuah lampu minyak lidah apinya
gemetar menimbulkan bunyi yang bergetar sangat halus”
3. Majas
simile
-
“pinggulnya seperti terpilin rasanya
seperti terpilin rasanya dan tulang
6. Amanat
Kebenaran
harus tetap diutarakan meskipun akan terasa menyakitkan sebelum kebohongan
kebohongan menimbukan masalah baru yang lebih rumit.
7. Alur
Maju
mundur
“securigaannya
– yang menjadi kecurigaan semua keluarganya pula – Cuma tertuju kepada bekas
kekasih Sawitri. Tempo hari kehadiran abangnya menyebabkan gadis itu
menyimpang-cintanya kepada abangnya. Kemarin abangnya ke kota di mana lelaki
yang kecewa itu berada.”
a. Permulaan
:
Malam
saat sawitri dan suaminya membicarakan anak dalam kandungan sawitri
“
“Kata orang, bayinya lelaki kalai demikian,” kata lelaki itu seraya menggeser
tangannya ke sebelah kanan perut istrinya. Bayi itu bergerak. Mungkin ia
menendang, pikirnya dan hatinya jadi gembira, bangga dan bahagia.”
b. Penanjakan
(apasih namanya)
Saat
sawitri melahirkan tanpa didampingi suaminya
“
“saudara suaminya?” “Bukan. Saya iparnya. Abang saya berhalangan datang.
Malarianya kumat” jawab pemuda itu.
saat
suami dan sanak-saudara sawitri tidak ada yang datang mengunjunginya kecuali
Made, adik iparnya.
“sehingga
pikirannya beralih kelada mertuanya yang perempuan. Perempuan tua itu cinta
betul kepadanya, tidak seperti mertua teman-temannya yang selalu bertinfak keterlaluan
cerewetnya. Mengapa dia tidak datang sehari penuh kemarin? ... juga gadis-gadus
iparnya itu mengapa satu pun mereka tak ada yang menjenguknya?”
d. Anti
klimaks
Made
mengatakan yang sebenarnya bahwa suami Sawitri telah meninggal
“
“saya memberi tahu bahwa suaminya meninggal dan telah dikebumukan.”
e. Ending
Sawitri
pingsan setelah mendengar kabar bahwa suaminya telah meninggal
“
cepat dipegangnya pergelangan tangan perempuan yang pingsan itu, memerikasa
denyutan urat nadinya”
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda