Analisis Unsur Intrinsik Cerpen Jatuhnya Seorang Dewa
Jatuhnya Seorang Dewa
·
Tema :
Percintaan
·
Latar :
1.
Latar tempat :
Ruang tamu
Bukti : Pendeta Ida Pedanda Made Sugriwa mondar-mandir di kamar tamunya
2.
Latar waktu :
Sore hari
Bukti : Dalam remang
cahaya terakhir penghujung senja itu
3.
Latar
suasana : Tegang
Bukti
:
·
Tokoh :
1.
Ida Pedanda
Made Sugriwa (Pendeta)
2.
Lelaki muda
3.
Anak dari
Pelungguh Pedanda
·
Penokohan :
Melalui dialog
·
Sudut pandang :
orang ketiga
·
Gaya bahasa :
1.
Personifikasi :
-
Gigi palsunya
menggigit-gigit cangklong yang tidak lagi berasap itu
-
Asap tembakau
yang mengalir dari kedua terowongan hidungnya
2.
Asosiasi
- Hidungnya besar seperti cangklong hitam itu
- Berjanggut seperti kwas cat
·
Alur :
Permulaan
Kedatangan seorang lelaki muda menemui Pendeta
Bukti
:
Seorang lelaki
muda belum tiga puluh tahun, berjanggut seperti kwas cat, berkain batik, berselampai di bawah baju tetoronnya, duduk
bersila dalam jarak beberapa meter kemudian membentangkan maksud kedatangannya
mengahadap, setengah jam yang baru lewat.
Pertikaian :
Sang
Pendeta diminta untuk menikahkan dua orang yang berbeda kasta.
Bukti
: Senja itu ia dihadapkan pada suatu problim : diminta mengesyahkan
perkawinan dimana kedua mempelai berlainan kasta.
Pertikaian
mulai memanas :
Terjadi
adu argumen antara Pendeta dan lelaki itu. Sang lelaki tetap dengan
pendiriannya ingin menikahkan adiknya itu. Namun sang pendeta tidak mau
menikahkannya
Bukti
:
“Tapi ... maaf
Pelungguh Pedanda ... cinta telah menyatukan mereka ... dan saya kira
persoalanya telah terlanjur menjadi suatu yang fait-accompli, sudah
berupa kenyataan yang tak bisa ditolak... “
“Saya tahu ...
tapi saya sebagai seorang Brahmana tidak bisa menerima soal itu!”
Klimaks :
Sang Pendeta tidak mau datang dan
mengesahkan perkawinan itu dikarenakan kasta yang berbeda antara pengantin pria
dan pengantin wanita
Bukti
: “Saya tidak mau berdebat. Cobalah hubungi pendeta lainnya!”
kata-katanya seolah meniti tangkai cangklong
Anti
klimaks
Sang tamu kecewa terhadap sikap pendeta, kemudian ia pamit pulang
Bukti
:
Sang tamu
menjadi kecewa dan akhirnya penasaran. “Saya tak bermaksut berdebat. Maaf
Pelungguh Pedanda ... Saya kemari sebetulnya untuk menemui seorang pendeta ...
Tidak untuk berjumpa dengan seorang Brahmana sebagai pribadi yang tidak mau
berdebat! ... Saya mohon permisi.”
Ending
Akhirnya Pendeta bersedia untuk datang dan mengesahkan perkawinan
itu.
Bukti
:
“Kabarkan
padanya bahwa aku bersedia datang untuk mengesyahkan perkawinan itu nanti,”
perintahnya kepada pelayan lelaki yang disuruhnya malam itu juga pergi ke rumah
lelaki berjanggut seperti kwas cat itu.
·
Amanat
:
·
Teknik
bercerita : Epik, Lirik, Dramatik
·
Diksi :
-
Brahmana
-
Ksatria
-
Cangklong
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda