Contoh Esai tentang Narkoba
Terbebas
dari Jeratan Narkotika
Oleh
: Elyssa Ridhaningrum
Manusia dapat belajar dari
lingkungan sekitarnya. Tentunya lingkungan tersebut dapat berupa lingkup yang
baik atau sebaliknya. Lingkungan yang baik merupakan lingkungan yang dapat
mendukung perilaku seseorang menjadi lebih baik. Sedangkan pada lingkungan yang
“buruk”, sebagian orang cenderung mengikuti arus yang terjadi dan menganggap
lingkungan tersebut sudah menjadi bagian dari dirinya. Menanggapi sikap
tersebut, banyak terdengar kasus remaja yang tersandung penyalahgunaan narkotika
akibat pergaulan bebas.
Mengacu
pada data Dlt IV/Narkotika Desember 2006, para penyalahguna narkotika dari
kalangan pelajar menunjukkan angka kenaikan yang cukup signifikan. Angka
kenaikan sebesar 317 jiwa dari 393 jiwa pada tahun 2005 menjadi 710 jiwa pada
tahun 2006. Pada tahun 2015 BNN menyatakan bahwa tercatat sebanyak 2.186 anak
dibawah 19 tahun merupakan tersangka pengguna narkotika, atau sebesar 4,4
persen dari total tersangka (Lestari, 2016). Angka tersebut tentunya
menimbulkan kekhawatiran kita mengenai nasib masa depan bangsa kita. Bagaimana
tidak? anak bangsa yang merupakan generasi penerus bangsa telah terjatuh pada
jurang kesesatan yang ada.
Angka kenaikan yang membuat anak
bangsa terjatuh tersebut meningkat seiring dengan rasa keingintahuan yang tinggi,
keinginan menentang hukum, dan mencoba hal baru yang membawa “kenikmatan” dan
resiko tersendiri. Remaja cenderung belum dapat mengendalikan emosi dan mental
yang ada pada dirinya. Jika seorang remaja memiliki ketahanan emosi dan mental
yang tidak stabil, maka ia dapat lebih mudah terjerumus dalam narkotika.
Mengapa rasa ingin tahu remaja sering kali melampaui nalar mereka? perbuatan
mereka tentu saja dilandaskan pada niat. Niat yang besar akan memberikan
motivasi tersendiri bagi dirinya untuk mengambil sebuah keputusan. Tekanan dan
persetujuan teman sebaya tak luput menjadi faktor pentingnya pemicu timbulnya
niat tersebut.
Menurut Cooggans dan Mc Keller
(1994) anak yang sudah “berniat” untuk mencoba (rokok, alkohol, atau narkotika)
akan cenderung memilih dan mencari teman sebaya yang memiliki sikap dan belief system yang sama dengan dia.
Biasanya anak ini akan lebih nyaman untuk bereksperimen dengan narkotika
setelah mendapat “dukungan” teman sebaya yang mempunyai presepsi dan sikap yang
serupa. Hal ini berarti bahwa lingkungan tidak memaksakan dirinya untuk
melakukan perbuatan tersebut, tetapi dilihat dari sebelumnya bahwa niat yang
besarlah yang menjadikan remaja tersebut melakukannya.
Jika remaja tersebut telah
melakukannya, tidak jarang orang tuanya kemudian menyalahkan teman sebayanya
atau orang lain atas perbuatan yang dilakukan oleh anaknya tersebut. Justru
kelalaian orang tualah yang telah menjadi salah satu penyebab anak
menyalahgunakan narkotika, contohnya orang tua merokok, meminum alkohol, atau
memakai narkotika di hadapan anaknya. Setelah pemandangan tersebut menjadi
sebuah “kebiasaan” pada anak, maka anak tersebut akan cenderung meniru apa yang
dilakukan oleh orang tuanya. Sebagai anak tentunya kita seharusnya menghindari narkotika
tersebut bukan mengikuti perilaku orang tuanya yang tidak patut ditiru.
Lalu, bagaimana seorang remaja dapat
meghindari narkotika tersebut? seorang remaja dapat menghindari hal tersebut
dengan cara membangun ketahanan diri. Menurut buku Mengenal Penyalahgunaan Narkotika yang diterbitkan oleh BNN (Badan
Narkotika Nasional) tahun 2007, menyebutkan bahwa ketahanan diri (self
esteem) merupakan pandangan seseorang tentang dirinya sendiri. Seseorang
dinamakan mempunyai self esteem
apabila ia memberikan penilaian yang tinggi, layak, dan positif kepada dirinya
sendiri. Sebaliknya apabila ia menilai dirinya secara negatif, misalnya menilai
dirinya sebagai orang yang tidak berguna, itu dinamakan orang yang memiliki
ketahanan diri rendah. Berikut ini dikemukakan karakteristik yang memiliki
ketahanan diri terhadap godaan narkotika.
a. Memiliki
sikap dan perilaku proaktif untuk mengatasi masalah, yang memungkinkan mereka
mencari jalan keluar terhadap masalah yang dialaminya. Upaya ini dapat
dilakukan dengan membicarakan masalah kepada orang tua, teman yang dipercaya
atau guru sehingga ditemukan jalan keluar.
b. Memiliki
kemampuan untuk memperoleh perhatian positif baik dari keluarga maupun dari
orang lain dengan menunjukkan hal-hal yang positif, seperti aktif kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah atau aktif di lingkungan rumah, berprestasi di sekolah
dan dalam hal lainnya.
c. Memiliki
kekuatan untuk memelihara pandangan hidup yang positif dan bermanfaat seperti
hidup sehat, berguna, dan berprestasi.
d. Memiliki
kemampuan untuk menghindari kecenderungan yang negatif misalnya berani dalam
mengatakan “tidak” ketika ada teman yang menawarkan narkotika.
e. memiliki
perilaku yang memadai dalam menyesuaikan diri dalam lingkungan sosialnya.
Setelah
mengetahui karakteristik di atas, maka cara meningkatkan self esteem yang tinggi dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
1. Menghargai
diri sendiri.
2. Menghargai
orang lain atau teman secara wajar.
3. Menyadari
bahwa setiap orang berbeda.
5. Menjaga
nama baik keluarga.
Berdasarkan
cara meningkatkan self esteem di
atas, dukungan dari keluarga terutama orang tua pun sangat dibutuhkan dalam
peningkatan ketahanan diri tersebut. Orang tua dapat membantu anak memahami dan
memeranginya untuk memberikan informasi atau gambaran mengenai narkotika. Orang
tua juga dapat bertindak sebagai pengawas untuk menghindari anak dari bahaya
narkotika. Ketika ketahanan diri anak tinggi, maka anak tidak akan terpengaruh
dari godaan narkotika sehingga jumlah kasus penyalahgunaan narkotika dapat
ditekan. Tak lupa masa depan bangsa nantinya akan menjadi lebih baik tanpa
adanya ketersangkutan dengan narkotika tersebut.
Sumber
:
Badan
Narkotika Nasional Republik Indonesia. 2007. Mengenal Penyalahgunaan Narkotika Buku 2A untuk Remaja / Anak Muda.
Jakarta: Badan Narkotika Nasional Republik
Indonesia
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda